Visi dan misi SMK Swadaya Semarang yang ingin menjadi pelopor sekolah pencetak youtuber dan selebgram di Kota Semarang mendapatkan apresiasi dari banyak pihak.
Selain dari pengamat Pendidikan Jawa Tengah, Ary Tri Winarno, S.Pd, pujian juga hadir dari Ratih Pratiwi, S.Pd, S.Par, S.H, MM, M.Pd, praktisi manajemen pendidikan.
Adopsi Pendidikan Finlandia
“saat ini waka kurikulum dan guru-guru penggerak telah menyiapkan beberapa alternatif dan inovasi pendidikan, dijamin belajar di SMK Swadaya tak akan seperti di sekolah lain,” jelasnya.
Arif menegaskan bahwa pembelajaran di SMK Swadaya akan mulai mengadaptasi pembelajaran ala Finlandia, belajar harus bahagia.
“jam pelajaran sebentar saja, nanti akan lebih banyak praktek di studio youtube, dan manajemen sosial media. Pokoknya intinya pendidikan jangan sampai membosankan,” pungkasnya.
Seperti apa sistem Pendidikan di Finlandia, hingga SMK Swadaya Semarang ingin mengadopsinya?
Dikutip dari kompas dan dirangkum dari tulisan World Econimic Forum dan Insider, berikut beberapa penerapan sistem pendidikan yang membuat Finlandia unggul dalam pendidikan global;
1. Persaingan Tidak Penting
Salah satu alasan, Finlandia tidak memiliki sekolah swasta. Setiap lembaga akademik di negara ini didanai melalui biaya publik atau negara.
Para guru juga dilatih untuk mampu membuat penilaian siswa sendiri alih-alih menggunakan tes standar nasional atau internasional.
“Tidak ada kata untuk akuntabilitas dalam Bahasa Finlandia,” kata pakar pendidikan Pasi Sahlberg kepada audiens di Teachers College of Columbia University. Guru dipercaya dapat melakukan kinerja lebih baik tanpa harus termotivasi untuk saling berkompetisi.
2. Guru profesi paling dihormati
Guru di Finlandia tidak dibayar rendah, bahkan lebih tinggi dibanding Negara adidaya seperti Amerika Serikat.
Untuk menjadi seorang guru di Finlandia, para calon pengajar harus terlebih dahulu menerima setidaknya gelar magister dan menyelesaikan pendidikan profesi seperti halnya pendidikan profesi kedokteran.
Tidak mengherankan guru di sana mengajar di sekolah dasar yang berafiliasi atau berdampingan dengan universitas. Hasilnya, para guru dapat diandalkan untuk melakukan penelitian pedagogis (pengajaran) terbaik tentang pendidikan.
3. Finlandia “mendengarkan” penelitian
Sebagai gambaran, di Amerika Serikat dan beberapa negara kebijakan pendidikan seringkali tidak menjawab permasalahan pendidikan sehingga banyak orangtua berpendapat kebijakan tertentu tidak tepat untuk anak-anak mereka.
Jika hasil data penelitian menunjukkan perlu perbaikan, ya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan federal di sana akan mencobanya. “Secara keseluruhan, pendidikan di Amerika Serikat jauh lebih politis daripada di Finlandia,” kata Sahlberg.
Singkatnya, Finlandia menyelesaikan sesuatu berbasis data penelitian bukan kepentingan politis atau berbasis proyek.
4. Finlandia tidak takut bereksperimen
Satu manfaat besar dari mendengarkan penelitian ini adalah kebijakan dihasilkan tidak terikat pada kekuatan lain, seperti proyek, uang, atau kepentingan politik.
Guru-guru Finlandia didorong membuat laboratorium mini sendiri untuk gaya mengajar, meningkatkan apa yang berhasil dan menghilangkan apa yang tidak.
Pola pikir eksperimental seperti ini memungkinakan guru mampu berpikir dan menemukan solusi “out of the box”.
5. Memberikan Waktu Bermain
Hukum Finlandia mengharuskan guru memberi siswa waktu bermain 15 menit untuk setiap 45 menit pengajaran. Kebijakan tersebut bermula dari keyakinan mendalam bahwa anak-anak harus tetap anak-anak selama mungkin.
Bukan tugas mereka untuk tumbuh dengan cepat dan menjadi penghafal dan peserta ujian. Hasilnya berbicara sendiri: penelitian demi penelitian menunjukan siswa yang diberikan setidaknya satu kali istirahat selama 15 menit setiap pergantian pelajaran atau lebih berperilaku lebih baik di sekolah dan mengerjakan tugas lebih baik.
6. Tidak Ada PR
Banyak hal ditawarkan sekolah-sekolah Finlandia kepada siswa, hanya satu yang tidak: pekerjaan rumah (PR).
Banyak anak di negara lain hanya menerima sedikit waktu luang setiap malam lantaran banyak PR. Filosofi ini berasal dari tingkat saling percaya dimiliki antara sekolah, guru, dan orangtua.
Orangtua menganggap guru telah memenuhi sebagian besar dari apa yang siswa butuhkan dalam batasan hari sekolah, dan sekolah menganggap hal yang sama.
Kerja ekstra sering dianggap tidak perlu oleh semua orang yang terlibat pendidikan di sana.
Waktu yang dihabiskan di rumah disediakan untuk keluarga, di mana satu-satunya pelajaran dipelajari anak-anak adalah tentang kehidupan.
Mulai Persiapan
Saat disinggung mengenai program-program jangka panjang, Retno Werdiningrum, SH wakil kepala bidang Humas di SMK Swadaya, menjelaskan bahwa revolusi SMK Swadaya menjadi poros peradaban masa depan segera dimulai di tahun ajaran baru 2022 nanti.
“sekarang kami akan matangkan dulu persiapannya, guru-gurunya nanti juga dari luar negeri, alias bule-bule, jam pelajaran kami buat lebih sedikit, sehingga nanti lebih banyak prakteknya,” jelasnya.
Retno menjelaskan bahwa SMK Swadaya Semarang mungkin tidak bisa menerapkan semua sistem pendidikan Finlandia di sekolahnya, namun sebagian besar akan dicoba diaplikasikan.
“mungkin tidak bisa meniru 100% plek ya, karena kembali lagi ke dana, makanya kami butuh kerjasama dengan banyak pihak untuk mendukung realisasi program ini,” lanjutnya.
“kami ingin menjadi pelopor pendidikan digital masa depan,” jelasnya. Bagaimana konsepnya? wahh penasaran kan, sobat energi.
Mungkin masih belum banyak yang tahu, lokasi SMK Swadaya ada dimana, karena memang letaknya masuk ke sebuah gang di daerah Citarum, Semarang Timur.
Namun popularitas sekolah vokasi ini di belantika peradaban pendidikan Semarang, nampaknya mulai menanjak seiring dengan prestasinya yang kian cemerlang di sepanjang tahun 2020 dan awal tahun 2021 ini. (yab/EB)
repost Matangkan Persiapan, SMK Swadaya Semarang Mulai Adopsi Pendidikan Ala Finlandia | Energi Bangsa